
Grapadinews.co.id – Nabi Muhammad merupakan sebaik-baiknya manusia ciptaan Allah di muka bumi. Diutus sebagai Rasul untuk mendakwahkan Islam dan menebarkan kebaikan, beliau merupakan orang yang menjalankan kehidupannya secara teratur berdasarkan syariat Islam. Kelahiran Rasulullah merupakan peristiwa tidak ada bandingannya dalam sejarah umat manusia. Kehadirannya telah membuka era baru dalam perkembangan perdaban dunia bahkan alam semesta.
Ia adalah utusan terakhir Allah SWT sebagai pembawa kebaikan dan manfaat bagi seluruh umat manusia. Michael Hart dalam bukunya menempatkan Rasulullah sebagai orang nomor satu yang memiliki pengaruh besar dalam sejarah. Ia menuliskan bahwa Muhammad dipilih untuk menduduki posisi pertama dalam daftar seratus pemimpin dunia yang paling berpengaruh karena dia adalah satu-satunya orang yang memiliki keberhasilan terbesar ke dua bidang sekaligus, yakni agama dan duniawi.
Keberhasilan Nabi Muhammad telah banyak dibahas oleh para sejarawan, baik Islam maupun Barat. Salah satu kesuksesan beliau adalah dalam bidang perdagangan. Beliau merupakan seseorang yang tidak pernah belajar tentang manajemen bisnis. Namun demikian mampu mengubah dunia dengan kemampuannya mengontrol perekonomian di masa itu.
Memang kisahnya sebagai seorang wirausahawan jarang diekspos. Padahal akan sangat menarik bila merekonstruksi bisnis dan bagaimana Rasulullah mengatur usahanya. Dengan demikian bisa menjadi bahan rujukan di masa kini. Tapi tenang saja, berikut merupakan poin-poin yang bisa Anda pelajari dari manajemen yang penah diimplementasikan oleh Nabi Muhammad SAW.
Aktivitas bisnis Nabi Muhammad SAW

Muhammad yang beranjak dewasa memilih pekerjaan sebagai pedagang. Saat itu beliau belum memiliki modal, maka langkah pertama yang ditempuh yakni menjadi mal shohibul (manajer perdagangan para investor), dengan menjalankan sistem bagi hasil. Seorang investor besar dari Mekkah, Khadijah binti Khuwalid ra mengangkatnya sebagai leader pusat perdagangan Habshah di Yaman.
Keahliannya sebagai wirausahwan mendatangkna keuntungan besar bagi dirinya sendiri juga investor. Tidak satupun dari jenis bisnis yang ditangani merugi. Di masa itu beliau sukses memimpin ekspedisi perdagangan dari milik Khadijah di Syria, Jorash dan Bahrain di timur Semenanjung Arab. Menurut sejarah, saat Rauslullah di usia relatif muda telah mendapatkan gelar Al-Amin atau Al-Siddiq. Bahkan Rasullullah juga telah turut serta dalam bisnis sang paman hingga ke Suriah di usia 12 tahun.
Lebih dari dua puluh tahun Nabi Muhammad aktif di bidang kewirausahaan, sehingga ia dikenal di Yaman, Suriah, Basra, Irak, Yordania dan kota-kota perdagangan di Semenanjung Arab. Namun sayangnya, kisahnya tentang menjalankan bisnis dan bagaimana beliau terampil menangani hal tersebut justru kurang mendapatkan perhatian.
Sejak sebelum menjadi mudharib (pengelola dana) milik Khadijah ra, beliau sering melakukan perjalanan bisnis ke Kota Busra di Suriah dan Yaman. Sejarah mencatat bahwa Rasulullah telah melakukan empat perjalanan perdagangan untuk Khadijah, dua ke Abayssina dan dua lagi ke Jorasy, lantas dilanjutkan ke Yaman dan sepanjang Maisarah. DI usia pertengahan 30 tahun, Muhammad banyak terlibat dalam perdagangan seperti wirausahawan lainnya. Tiga perjalanan bisnis setelah menikah yang tercatat dalam sejarah yakni ke Yaman, Najd dan Najran.
Dituliskan pula bahwa selain melaksanakan perjalanan, Nabi Muhammad terlibat dalam bisnis besar selama musim Haji, festival-festival dan perdagangan Ukaz Dhul-Majaz. Sementara lainnya, beliau sibuk mengurus pasar grosir di Mekkah. Dalam menjalankan bisnisnya itu, Rasulullah menerapkan prinsip manajemen yang akurat dan dapat diandalkan, sehingga usaha tetap menguntungkan dan tidak pernah rugi.
Penerapan manajemen bisnis Rasulullah

Jauh sebelum Frederick W. Taylor (1856-1915) dan Henry Fayol menuliskan tentan prinsip manajemen, Nabi Muhammad SAW telah mengaplikasikan nilai-nilai pengelolaan dalam kehidupan dan bisnis. Beliau telah me-manage proses, transaksi dan hubungan bisnis dengan sangat baik beserta semua elemen-elemen yang mendukungnya. Prof. Afzalul Rahman dalam buku Muhammad A Trader mengatakan bahwa Rasulullah melakukan transaksi dengan jujur dan adil dan tidak pernah membuat pelanggannya mengeluh. Beliau selalu menepati janji dan mengirimkan barang-barang berkualitas yang disepakati bersama. Di samping itu juga senantiasa menunjukkan rasa tanggung jawab dan integritas tinggi ketika berurusan dengan orang lain.
Dasar-dasar etika dan manajemen bisnis tetap dipelajari oleh para penerusnya hingga mengalami perkembangan di akhir abad ke-20. Prinsip-prinsip bisnis modern, seperti kepuasan pelanggan, service excellence, kompetennsi, efisiensi, transparansi, kompetisi yang adil, dan semuanya telah digambarkan oleh Nabi Muhammad sejak usia muda.
Pada zamannya, Nabi Muhammad menjadi pelopor perdagangan berdasarkan prinsip kejujuran, transaksi bisnis yang adil dan sehat. Beliau tidak ragu bersosialisasi guna membagikan ilmu dan memberikan pernyataan tegas kepada para pelanggan. Dilanjutkan saat Rasulullah menjadi kepala negara, penegakan hukum benar-benar ditegakkan kepada para pengusaha yang sudah keluar jalur.
Menariknya, Rasulullah juga memperkenalkan prinsip Facta Sur Servanda yang kemudian dikenal sebagai prinsip utama dalam hukum perdata dan perjanjian. Salah satu bunyi dari dasar tersebut yakni transaksi itu wajib berdasarkan kesepakatan bersama (ridha). Sebagai seorang debitur, beliau tidak pernah menunjukkan wanprestasi kepada para kreditor. Beliau sering membayar sebelum jatuh tempo karena mewakili lebih dari 40 pinjaman dirham dari Abdullah bin Abi Rabi.
Bahkan Rasullullah seringkali memberikan pengembalian yang lebih besar sebagai penghargaan. Suatu kisah, beliau harus meminjam unta muda kepada Abu Rafi. Sebagai pengembalian, Rasulullah justru menggantinya dengan unta baik.
Beri dia unta, karena yang paling penting adalah orang-orang yang membayar hutang dengan cara yang paling bagus. (HR. Muslim)
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa penduduk Mekkah memanggilnya Al-Siddiq (jujur) dan Al-Amin (dapat dipercaya). Gelar tersebut diberikan kepadanya dalam kapasitasnya sebagai pedagang. Tidak mengherankan bila Khadijah ra menganggapnya sebagai mitra paling dapat diandalkan serta menguntungkan, sehingga ia mengirimnya ke dalam beberapa perjalanan bisnis.
Dalam dunia manajemen, Peter Drucker mendefiniskan efisiensi menekankan pada penghematan dalam penggunaan input untuk menghasilkan output yang diberikan. Upaya ini diwujudkan melalui penerapan konsep teoretis dan manajemen yang tepat. Sedangkan efektivitas menekankan pada pencapaian tujuan melalui penerapan kepemimpinan dan pemilihan strategi yang tepat.
Kedua prinsip tersebut digunakan untuk mengatur keberhasilan suatu bisnis. Konsep itu kemudian mendorong akademisi dan praktisi menemukan berbagai cara untuk meningkatkna efisiensi dan efektivitas. Semakin tinggi keduanya, maka perusahaan makin kompetitif. Dengan kata lain, Siddiq merupakan modal dasar untuk menjalankan bisnis yang benar.
Kehidupan Nabi Muhammad SAW di dunia bisnis sarat akan nilai-nilai kebaikan. Jauh sebelum era modern gencar dengan teori-teori Barat, beliau telah menerapkan prinsip manajemen dengan sebaik-baiknya dan hingga kini menjadi bahan acuan.