Temui 9 Sikap Karyawan Tak Wajar, Perusahaan Berhak Pecat

Advertisements
Sumber: www.cheatsheet.com

Grapadinews.co.id – Karyawan merupakan orang-orang yang menjadikan visi dan misi perusahaan tercapai. Merekalah di balik berjalannya suatu proyek atau proses produksi hingga apa yang direncanakan terwujud. Tanpa mereka bisnis tidak akan berjalan sebagaimana mestinya.

Mereka dibagi menjadi beberapa departemen agar masing-masing lebih fokus menangani bidang sesuai dengan skill, pengalaman dan latar belakang pendidikan. Per bagian saling berintegrasi serta berhubungan untuk satu tujuan, yakni kesuksesan perusahaan.

Namun demikian tidak semua karyawan giat untuk mencapai kesuksesan bersama. Beberapa dari mereka justru bersikap sebaliknya. Ada yang hanya mementingkan gaji tetapi tidak bekerja secara maksimal, ada pula yang kurang memiliki skill mumpuni sehingga tugas sering kali terbengkalai, dan masih banyak lagi lainnya.

Pada beberapa kasus sikap karyawan yang dinilai kurang sesuai tersebut disebut dengan ‘toxic’. Alih-alih membuat proyek dan tujuan perusahaan berhasil, kehadiran mereka justru kadang dianggap bisa mempengaruhi lainnya. Bahkan juga bisa membuat perusahaan merugi dikarenakan pengeluaran gaji terus menerus, sementara progress tidak berjalan dengan baik.

Jika Anda menjalankan perusahaan, tentu tidak mau bukan bila karyawan bermalas-malasan dan menebarkan ‘toxic’? Oleh sebab itu, saat menemukan hal-hal dibawah ini perusahaan harus segera mengambil langkah serius yakni pemecatan.

Produktivitas menurun

Sumber: imagenesmi.com

Kerja produktif mendukung keberhasilan bisnis. Sebab kunci kesuksesan yakni tidak menunda-nunda waktu. Jika menemukan ketidak produktivan dalam suatu departemen, Anda berhak untuk memeriksanya.

Mungkin bukan dikarenakan seluruh karyawannya mulai bermalas-masalan, namun pasti ada satu atau beberapa yang justru mengalami penurunan produktivitas dibandingkan dengan yang lain. Situasi yang timpang ini bisa jadi membuat tugas selalu melewati tenggat waktu. Hal yang pertama kali harus dilakukan yakni memperingati mereka terlebih dahulu. Apabila hingga beberapa kali masih menunjukkan sikap yang sama, maka kini saatnya untuk melepaskan.

Terlibat dalam drama kantor

Sumber: hiring.workopolis.com

Tidak bisa dipungkiri bila gosip adalah bagian dari kenyataan di tempat kerja. Informasi-informasi yang belum tentu benar adanya tersebut kerap kali cepat berkembang hingga menjadi perbincangan di setiap obrolan. Situasi demikian tentu akan menciptakan lingkungan kerja yang kurang kondusif.

Baca Juga  ‘Keterampilan’, Kiat Sukses Dalam Berkarir

Jika dibiarkan terlalu berlarut-larut, justru akan menjadi ‘toxic’ bagi lingkungan kantor, seperti melemahkan mental, saling mengadu, dan saling bermusuhan. Hal-hal demikian menjadikan tugas tidak berjalan dengan semestinya.

Sebagai leader, Anda harus memperhatikan dan mencari tahu siapa dalang utama dari setiap gosip dalam perusahaan. Cobalah untuk melacak sumber pertikaian, lantas panggil pelakunya. Peringatkan mereka untuk tidak menebarkan informasi hoax karena dapat mempengaruhi tugas dan merusak lingkungan kerja.

Akan tetapi jika mereka mengulanginya dan gosip semakin beredar, apalagi sikapnya kerap menjelek-jelekkan antar karyawan, maka sudah sepatutnya untuk memberhentikan demi lingkungan kembali kondusif. Tidak ada alasan bagi perusahaan untuk mempertahankannya.

Statis dan tidak berkembang

Sumber: www.entrepreneur.com.ph

Masuk pertama kali sebagai karyawan, wajar saja bila masih belum memahami jobdesk dan lingkungan kerja. Namun lambat laun seiring dengan bertambahnya waktu sudah seharusnya mereka paham dan mengalami peningkatan.

Akan tetapi ada juga tipe karyawan yang tidak mau melatih atau meningkatkan diri agar sama dengan teman-teman lainnya. Sikap seperti ini justru akan menyeret perusahaan ke bawah. Meskipun mereka memiliki skill, namun sikap yang didorong rasa stagnan justru tidak membuatnya berkembang. Padahal perusahaan memberikan gaji dengan tujuan agar mereka lebih berkontribusi.

Jika mereka tidak memperbaiki kesalahan atau berupaya mengubah sikap, saatnya bagi Anda untuk bertindak tegas. Perusahaan bisa mencari calon karyawan lain yang lebih bisa diandalkan daripada mempertahankan mereka yang mengalami penurunan kerja.

Tidak ramah pada pelanggan

Sumber: www.verywellmind.com

Menurut Loyalty360, 86 persen pelanggan akan meninggalkan bisnis karena pengalaman buruk dan rata-rata mereka akan memberi tahukan kepada 10-15 orang. Pada prinsipnya, bisnis didirikan untuk konsumen. Sudah sepatutnya perusahaan menciptakan suatu produk dan basis pelayanan yang baik.

Untuk mewujudkan itu semua, mereka harus bekerja sama dengan para karyawan untuk menciptakan pelayanan yang ramah. Namun apabila hal tersebut tiba-tiba saja dirusak oleh salah satu pegawai, maka saatnya Anda untuk bertindak. Sebab jika situasi demikian dibiarkan justru akan membuat bisnis mengalami penurunan kualitas.

Baca Juga  Cara Jitu Kampanye Lewat Sosial Media

Melanggar kebijakan perusahaan

Sumber: cnbc.com

Setiap perusahaan memiliki kebijakan dan peraturan yang harus ditaati oleh seluruh karyawannya. Guna dari ketetapan itu yakni untuk membuat jalannya bisnis lebih teratur dan efisien.

Kadangkala ada karyawan yang tidak sengaja melanggar aturan. Hal tersebut biasanya masih bisa dimaklumi dan bisa diperbaiki kembali. Namun apabila secara terus menerus melanggarnya dan tidak peduli akan hal tersebut, sudah sepatutnya bagi Anda untuk memberi perhatian.

Dalam beberapa kasus ada beberapa karyawan yang melakukan pelanggaran berat, seperti bertindak kriiminal, membawa obat-obatan terlarang ke lingkungan kerja hingga menyembunyikan benda tajam untuk mencelakai. Hal-hal semacam inilah yang semestinya harus ditindak tegas dan Anda sebagai pemimpin juga bisa melaporkannya kepada pihak berwajib hingga berujung pada pemberhentian.

Kendati demikian soal pelanggaran aturan ini ada beraneka ragam jenisnya. Ada pula yang menggelapkan dana kantor, memanipulasi, mencuri, dan masih banyak lagi lainnya yang juga masuk kategori layak pecat.

Manajemen waktu yang buruk

Sumber: www.hrinasia.com

Hampir setiap orang tentu pernah melakukan keterlambatan atau nyaris terlambat. Jika dilakukan sekali atau dua kali, masih dalam bentu wajar dan dimaafkan. Namun jika hal tersebut dilakukan berulang-ulang justru harus segera ditindak tegas.

Apalagi biasanya ada yang kerap tidak masuk kerja dikarenakan beberapa alasan, seperti sanak saudara sakit, nenek meninggal hingga hal-hal lainnya. Dengan demikian Anda patut curiga. Sebab pada dasarnya bagi beberapa perusahaan tidak memberlakukan sistem potong gaji untuk mereka yang memang izin dengan alasan. Jika kecurangan tersebut dilakukan secara terus menerus justru akan membuat perusahaan merugi, bukan? Oleh sebab itu, sudah saatnya untuk mengevaluasi dan melepaskan.

Sikap acuh

Sumber: CIO.com

Pada saat proses wawancara, setiap calon karyawan menunjukkan rasa antusias yang luar biasa. Tujuannya tentu agar perusahaan menerima dan merekrut. Akan tetapi banyak fakta yang menunjukkan bila setelah mereka mulai dipekerjakan, justru tidak sesuai dengan ekspektasi dan cenderung apatis.

Baca Juga  Penelitian Membuktikan Sel Otak Terus Berkembang Hingga Kematian

Pada beberapa kasus mereka yang termasuk apatis kerap mengatakan, “Katakan saja apa yang ingin Anda lakukan dan saya akan melakukannya”. Sikap bermalas-malasan ini biasanya akan menular pada lainnya, sehingga menjadikan tim kurang produktif nantinya. Apa yang harus Anda lakukan? Tentu saja mengeluarkannya dengan segera.

Suka membantah

Sumber: CNBC.com

Adu argumen merupakan hal yang wajar dalam bisnis. Apalagi masing-masing orang memiliki pandangan serta ide yang berbeda-beda. Justru bagus jika semua turut berpartisipasi untuk kemajuan perusahaan.

Namun sikap pandai berargumen akan menjadi negatif bila mereka cenderung suka membantah. Perilaku ini biasanya melibatkan karyawan lain sehingga akan menimbulkan pertengkaran hingga perpecahan. Alhasil lingkungan menjadi tidak kondusif, tugas terbengkalai dan kurangnya komunikasi antar pegawai.

Anda harus mencari tahu benar tentang karakter karyawan yang suka membantah ini. Jika dalam beberapa kasus mereka masih tidak mau menuruti bahkan bertentangan dengan kebijakan orang banyak, maka sudah seharusnya perusahaan bertindak tegas.

Kurangnya aksi

Sumber: www.all4women.co.za

Tidak ada perusaahan yang tidak sibuk. Semuanya saling bekerja sama, bergotong royong demi mewujudkan apa yang dicita-citakan. Sudah sepatutnya bagi masing-masing karyawan untuk melakukan aksi. Bahkan jika memang perlu multi-tasking, maka lakukanlah.

Akan tetapi, sikap ‘toxic’ sering kali ditemui pada beberapa dari mereka. Ada yang menghindar dari tugas dengan alasan lain, kemudian ada juga yang mangkir dan dengan santainya mengatakan tidak bisa. Sikap tidak bisa diandalkan inilah yang merugikan perusahaan dan jadi pertimbangan.

Mengelola sumber daya manusia itu harus diiringi dengan rasa tanggung jawab besar. Sebab pada dasarnya satu saja karyawan yang menebarkan sikap ‘toxic’ akan menularkan kepada lainnya dan berdampak tidak baik pada perkembangan perusahaan. Oleh sebab itu, Anda harus benar-benar memulai proses seleksi calon karyawan dengan selektif untuk mendapatkan sosok yang memang kompeten, konsisten, bertanggung jawab serta bisa diandalkan.

 

 

Advertisements

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Download E-Magazine Grapadinews!

Join our mailing list to receive the latest news and updates from our team.

You have Successfully Subscribed!

Pin It on Pinterest

Shares
Share This