
Grapadinews.co.id – Traveling kini bukanlah sebuah selingan melainkan kebutuhan. Melalui kegiatan tersebut, Anda bisa melepas lelah setelah berhari-hari berkutat dengan pekerjaan kantor maupun rumah, mencari pengalaman serta referensi baru dan tentu saja mengabaidkan momen terbaik.
Pergi menjelajah kurang lengkap bila tanpa merekam momen terbaik di setiap tempat yang dikunjungi. Nantinya akan menjadi dokumentasi penting serta kenangan manis selama hidup. Itu pula yang dilakukan oleh Graeme Green.
Green adalah seorang fotografer sekaligus jurnalis berkebangsaan Inggris. Ia telah menulis tentang travel dan menghabiskan waktu selama 15 tahun untuk menjelajah seluruh dunia dari Kamboja, Meksiko, Botswana. Selain menikmati keindahan di masing-masing negara, ia juga merekam gambar-gambar terbaik, kemudian dilaporkan pada majalah serta surat kabar internasional, seperti The Sunday Telegraph, BBC, The Guardian, National Geographic, The Sunday Times, New Internationalist hingga Wanderlust.
Prestasi tersebut kemudian ditanggapi oleh Steve McCurry, seorang fotografer senior yang mengatakan bahwa Green memiliki mata untuk mengabadikan budaya dengan sensitivitas. Dia bahkan memberikan kesaksian tentang dunia tempat kita hidup.
Tugas traveling yang telah dilalui oleh Green antara lain paralayang bersama burung pemangsa di Nepal, bersepeda melintasi Burma, merasakan kebebasan di Thailand, mendaki gunung berapi di Republik Demokratik Kongo hingga bersepeda motor melintasi Salar de Uyuni di Bolivia. Selama menjelajah, ia telah menghabiskan waktu untuk memotret beberapa hewan yang menarik dan warna warni bumi, mulai dari gorila gunung, singa, monyet, elang, gajah, lekelawar, penguin dan masih banyak lagi.
Berdasarkan pengalaman itulah ia tahu bagaimana mendapatkan gambar yang tepat. Dengan kisah hidupnya yang menakjubkan selama traveling, Green membagikan tips bagaimana caranya mengabadikan momen dengan teknik fotografi yang mudah diaplikasikan. Simak ulasannya berikut ini!
Waktu yang tepat

Pada pengambilan foto landscape, waktu adalah faktor penting. Sebab Anda perlu memanfaatkan penerangan alami yang nantinya bisa membuat hasil menakjubkan. Pagi dan sore seringkali menghadirkan cahaya yang lembut dan memberikan warna-warna yang bisa mengangkat foto lebih hidup.
Bila Anda pikir tengah hari adalah waktu yang tepat karena mungkin pencahayaan lebih terang, namun ternyata pendapat tersebut salah. Sebab justru hasil foto akan dipenuhi dengan cahaya putih atau kabut yang tampak menyeramkan.
Pada beberapa kota seperti pinggir jalan Havana atau Oaxaca telihat bagus  dengan cahaya pagi yang memberikan warna dinding dan bangunan dari bayangan. Akan tetapi ‘waktu’ lebih dari sekadar cahaya. Kehidupan kota atau negara cenderung berubah-ubah di sepanjang harinya. Seperti halnya pasar tradisional yang ramai saat dini hari, maka jika terlambat Anda akan kehilangan momen-momen berharga tersebut.
Momen tertentu lainnya yakni saat orang-orang hendak pergi berdoa atau menggembala hewan ternak mereka. Oleh sebab itu sebelum memutuskan mengabadikan, ada baiknya untuk melakukan riset tentang kebiasaan penduduk dan keadaan sekitar. Dengan membawa kamera kemana pun perginya, maka Anda tidak akan kehilangan satu peristiwa berharga sedikitpun.
Sementara untuk memotret satwa liar, perlu diingat bahwa beberapa hewan paling aktif di waktu tertentu. Jadi penting untuk memikirkan bagaimana caranya memanfaatkan kesempatan agar tepat dalam merekam perilaku binatang incaran.
Adakah cara terbaik untuk memotret orang?

Menurut Green, tidak ada cara tertentu untuk merekam momen. Semuanya tergantung dari kreativitas yang dimiliki. Namun apabila ingin mendapatkan foto dari penduduk sekitar, ada baiknya selama perjalanan untuk berkomunikasi dan menciptakan jalinan erat sebagai langkah agar mendapatkan potret mereka.
Apabila mereka merasa canggung, bingung dan takut, maka luangkan sebentar saja untuk mengenal dan menenangkan. Hal tersebut merupakan cara terbaik untuk mendapatkan ekspresi senatural mungkin.
Selama menjelajah Green menemukan bahwa sebagian besar orang-orang dari seluruh dunia begitu terbuka terhadap orang asing. Mereka tidak segan membantu dan bersikap ramah, sehingga tidak perlu lagi memulai perkenalan dan mendalami karakter mereka. Di samping itu, memikirkan obyek saja tidak cukup. Fotografer juga perlu memperhatikan background. Orang lain di belakang obyek bisa jadi pengalihan perhatian. Atau mungkin menampilkan detail tentang kehidupan di suatu desa dengan beberapa penduduk yang berlalu lalang atau beraktivitas.
Lebih dari sekadar foto yang menampilkan sosok seseorang, Green mengatakan bahwa dirinya lebih suka mengambil gambar dari orang-orang tanpa sepengtahuan mereka, sehingga menunjukkan pose alami yang pada suatu kehidupan. Momen-momen tersebut biasanya ditangkap saat berjalan-jalan di pasar, kuil, dan tempat-tempat umum lainnya.
Traveling lebih dari sekadar kegiatan memotret, Anda bisa menghabiskan sebagian besar waktu untuk menjelajah kampung, desa dan kemudian menyatu dengan masyarakatnya. Di sana traveler bisa mengembangkan hubungan serta menghabiskan hari bersama. Di sela-sela waktu itu bisa menjadi momen yang tepat untuk mengabadikan potret mereka secara alami. Gambar-gambar menunjukkan sesuatu yang nyata tentang kehidupan.
Haruskah menggunakan mode manual?

Mode manual tentu harus digunakan. Sebab di waktu-waktu tertentu pasti dibutuhkan untuk obyek-obyek yang bergerak cepat. Namun Green menerangkan bila pilihan otomatis jarang digunakan sebab terkadang faktor cahaya dan kecepatan membuat hasil menjadi buram. Mengandalkan mode tersebut seringkali kualitas gambar tidak begitu baik.
Alangkah lebih baik bila mempelajari terlebih dahulu soal speed, aperture dan ISO. Ketiganya bekerja bersamaan dan bisa membuat gambar sesuai yang diinginkan. Dengan fitur ini juga Anda bisa bemain-main dengan kreativitas, seperti memberikan sedikit gerakan kabur pada hewan atau burung yang bergerak atau memilih titik fokus yang tepat sebagai point of picture.
Setiap kamera memiliki kualitas gambar yang berbeda. Masing-masing juga punya fitur-fitur spesial yang bisa membantu dalam pengambilan gambar. Sebelum tiba di suatu tempat, sebaiknya kenali cara kerja dari kamera yang akan digunakan. Sebab momen-momen yang ditangkap nanti hanya terjadi satu kali dalam seumur hidup, maka cobalah untuk persiapkan dengan matang.
Perlukah bepergian dengan membawa tripod?

Green berbagi tips bila dalam setiap perjalanan ia selalu membawa tripod. Benda tersebut berguna kapan saja, terlebih untuk memotret lanskap dan menghasilkan gambar tajam dengan ISO yang bekerja lebih rendah.
Tripod juga memainkan kreativitas serta eksperimen selama pengambilan gambar. Akan tetapi suatu foto akan tampak lebih menakjubkan dengan permainan cahaya. Bagi Green hal yang paling menyebalkan adalah ketika bepergian dari bukit, desa hingga gunung membawa banyak peralatan dalam ransel. Hal tersebut membuatnya tidak terlalu nyaman. Akan lebih baik bila menanggalkan itu semu dan mulai menikmati perjalanan sembari menangkap obyek apa pun di sekitar.
Perlukah post-processing?

Foto-foto yang terlihat bagus dan eksotis di majalah serta surat kabar sebagian besar tidak melalui post processing, seperti halnya Photoshop. Teknologi membuat beberapa fotografer terlalu berlebihan dalam memoles foto, sehingga hasilnya seperti buatan dan tidak real.
Realitas visual saat ini cenderung dikelabui oleh gambar-gambar layaknya buatan. Viewer lebih sering melihat potret yang terlalu dipoles dan hyper-real. Kemudian mereka berpendapat bahwa itu adalah karya yang bagus, sementara apabila tidak demikian foto kurang mengesankan.
Namun justru cara tesebut menurut Green tidaklah tepat. Sebab tujuan dari fotografi adalah menunjukkan yang sebenarnya. Ia ingin hasil bidikannya mewakili dunia nyata dan terlihat real. Selama bertahun-tahun dirinya menjelajah banyak lanskap yang menakjubkan tanpa perlu menambahkan beberapa efek.
Saat bekerja sebagai juri dari kompetisi fotografi, Green justru sama sekali tidak tertarik pada foto yang sudah melalui proses editing, seperti efek pencahayaan yang dinilainya aneh, tingkat kejenuhan, dan lain sebagainya. Baginya, gambar-gambar polesan mungkin banyak yang menyukai di laman media sosial seperti Instagram, namun mereka justru tidak akan masuk kualifikasi surat kabar atau majalah.
Baginya tidak ada proses editing yang terbaik selain mengambil gambar senatural mungkin. Kegiatan traveling lebih dari sekadar memotret lalu diunggah di akun media sosial. Kegiatan tersebut justru lebih dari itu, di mana Anda bisa menikmati alam, dekat dengan penduduk setempat, belajar budaya hingga masuk ke dalam kehidupan lain. Yuk, traveling!