Selebrasi Imlek di Indonesia, Antara Budaya dan Toleransi Umat Beragama

Advertisements
Sumber: tirto.id

Grapadinews.co.id – Tahun Baru Imlek selalu menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh orang Tionghoa. Perayaan tersebut dimulai pada hari pertama bulan pertama kalender Tionghoa. Sama halnya dengan masehi, selebrasi akhir tahun ditutup dengan malam pergantian tahun untuk menyambut keesokan harinya.

Di negara asalnya, perayaan Imlek diselenggarakan dengan beragam acara. Ada yang mengadakan jamuan makan malam bersama keluarga, sahabat, penyulutan kembang api, dan masih banyak lagi lainnya. Tahun baru yang dirayakan setiap satu tahun sekali ini dianggap sebagai hari libur besar di berbagai negara, seperti Korea, Nepal, Jepang, Vietnam, Mongolia, Taiwan, Hongkong, Singapura Malaysia, Filipina, Thailand dan Indonesia.

Sebagai negara yang memiliki populasi keturunan Tionghoa yang cukup besar, perayaan Imlek di Indonesia selalu ditunggu-tunggu. Momen ini diadakan di setiap kelentang di berbagai wilayah dengan menampilkan atraksi barongsai, pembagian angpao dan persembayangan serta melibatkan masyarakat sekitar sehingga menunjukkan toleransi antar umat beragama.

Di Cina sendiri, Imlek disebut juga dengan Festival Musim Semi dan dirayakan sejak abad ke-20. Momen ini paling penting bagi kehidupan sosial, ekonomi di negara tersebut. Lantas bagaimana sejarah dan apa saja yang ada di dalam perayaan tersebut?

Kalender Cina

Sumber: cwallpapersbox.blogspot.com

Di negara-negara yang dipengaruhi oleh budaya Han seperti Cina, Korea, Jepang dan Vietnam menggunakan kalender suryacandra Tionghoa untuk menentukan tahun baru Imlek. Setiap tahunnya, perayaan jatuh di tanggal berbeda namun dalam periode 21 Januari hingga 20 Februari.

Pada prinsipnya tahun baru Imlek ditentukan oleh pergerakan bulan dan matahari. Didukung pula oleh pedoman Yin dan Yang untuk mengetahui shio dan zodiak. Dikutip dari Wikipedia, titik balik mentari musim dingin harus terjadi di bulan 11. Maka Imlek jatuh di bulan baru kedua setelah titik balik mentari musim dingin, yang berarti musim semi di bulan Februari.

Baca Juga  Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Holcim Indonesia Sepakati Pergantian Nama Perusahaan

Bersamaan dengan itu pula, ditentukan jenis shio yang di daur setiap 12 tahun. Kemudian ada pula lima elemen surgawi yakni kayu, api, bumi, logam dan air yang diputar setiap dua tahun sekali. Di samping itu pula ada perkaitan dengan yin serta yang setiap tahunnya, sehingga diperoleh, Api Yang, Api Yin, Kayu Yang, Kayu Ying, dan seterusnya.

Awal mula penentuan Tahun Baru Imlek

Sumber: thinglink.com

Tidak ada sejarah yang menjelaskan permulaan tahun dimulai. Namun diduga bulan 1 bermula saat Dinasti Xia, bulan 12 dimasa Dinasti Shang dan bulan 11 dimasa Dinasti Zhou. Menurut kisah, kaisar pertama Cina, Qin Shi Huang menetapkan tahun Tionghoa di bulan 10 pada 221 SM. Akan tetapi penetapan tersebut kemudian diubah pada masa Dinasti Han. Kaisar Wu memutuskan bulan 1 sebagai awal tahun. Ketetapan ini berlangsung hingga saat ini.

Berbeda dengan di masa Dinasti Zhou, perayaan tahun baru berlangsung pada winter solistice. Ketetapan ini terus berubah-ubah, hingga di Dinastai Qing, reformis Ruism menyarankan agar kalender dihitung dari tahun kelahiran Kongzi. Tetapi Liu Shipei menolak dan menggantinya dengan kelahiran Huangdi.

Liu Shipei memperkirakan bila kelahiran Huang Di adalah tahun 2711 BCE. Sementara Song Jiaoren menduga 2697BCE adalah kelahiran Huang Di. Maka ketetapan itulah yang kemudian disepakati oleh banyak orang sebagai the beginning of Huang Di era. Dari sinilah kemudian tahun baru Imlek dikenal pada 4708 H.E. Masyarakat Tionghoa dari belahan dunia manapun lebih suka menggunakan Huangdi Era karena dikenal sebagai bapak bangsa etnis Han.

Mitos Imlek bernuansa merah dan lampion

Sumber: wendyjargonncom.blogspot.com

Perayaan Imlek baik di negara manapun juga di Indonesia identik dengan warna merah dan lampion. Hampir seluruh diekorasi tempat peribadatan orang Tionghoa, pakaian dan semuanya berwarna demikian. Ternyata ini bukanlah soal kesepakatan saja, namun memiliki kisah mitos.

Baca Juga  Produksi Ikan Hias Makin Naik, Indonesia Berpotensi Jadi Eksportir Terbesar di Dunia

Kisah berawal dari raksasa dari gunung yang suka memakan manusia bernama Nian. Ia biasanya muncul di akhir musim dingin untuk memakan hewan ternak dan hasil panen penduduk. Agar tidak menyerang manusia, akhirnya mereka menaruh makanan di depan rumah.

Suatu hari seoarng penduduk melihat Nian berlari tunggang langgang saat melihat anak kecil berpakaian merah. Maka, masyarakat pun percaya bahwa raksasa tersebut takut warna berani itu. Maka setiap tahun baru datang, penduduk menggantungkan lentera dan gulungan kertas berwarna merah di jendela pintu.

Tidak hanya itu, mereka juga melakukan upacara adat untuk mengusir Nian yang kini dikenal dengan Guo Nian. Menurut kisah, Nian tidak lagi datang karena ditangkap oleh Hongjun Laozu dan dijadikan sebagai kendaraannya.

Cap Go Meh

Sumber: www.pegipegi.com

Cap Go Meh biasanya dirayakan pada hari ke 15 sebagai rangkaian terakhir dari perayaan Imlek. Selebrasi ini diselenggarakan oleh orang-orang Tiongkok beserta keturunannya yang tinggal di luar Cina.

Istilah tersebut berasal dari dialek Hokkien yang memiliki makna hari kelima belas bulan pertama. Perayaan ini dimeriahkan oleh beragam festival, salah satu contohnya Festival Lentera.

Kebersamaan di perayaan Imlek

Sumber: antaranews.com

Tahun Baru Imlek menjadi momen berharga bagi yang merayakannya. Apapun pekerjaan dan kegiatan harus dihentikan untuk bisa berkumpul bersama keluarga. Sebelum hari H, mereka akan membersihkan rumah terlebih dahulu untuk membuang kesialan selama satu tahun lalu. Mereka juga percaya bila para dewa akan turun dari surga dan masuk ke rumah-rumah.

Perayaan Imlek juga disertai dengan aneka kue, makanan dan kertas untuk para dewa. Gulungan kertas berisi pesan keberuntungan dan digantung di depan rumah. Sementara petasan yang dinyalakan adalah untuk mengusir roh jahat.

Baca Juga  Merasa Cemas di Tengah Kencangnya Wabah Virus Corona? Ikuti Tips Berikut ini!

Para keluarga berkumpul merayakan sembari makan bersama. Ada pula yang percaya bahwa mengkonsumsi mie panjang selama lima hari pertama di tahun baru dapat memperpanjang umur pula. Sementara pada perayaan Cap Go Meh.

Di Indonesia, perayaan Imlek dirayakan dengan meriah. Selebrasi besar-besaran dan toleransi umat beragama menjadikan momen tersebut berkesan.

Advertisements

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Download E-Magazine Grapadinews!

Join our mailing list to receive the latest news and updates from our team.

You have Successfully Subscribed!

Pin It on Pinterest

Shares
Share This