Sang Sufi Malik Bin Dinar yang Bertaubat
Image : Pinterest
Nama lengkapnya adalah Malik Bin Dinar As Sami’, putra dari seorang budak berkebangsaan persia dari Sijistan (Kabul) dan menjadi murid Hasan Al-Bashri. Beliau adalah seorang ulama pada abad 2 Hijriah yang lahir di Kuffah, Irak. Dan Wafat pada tahun 784 Masehi di Kerala, India.
Malik bin Dinar terkenal sebagai ulama salaf yang zuhud dan penuh kehati-hatian. Selain itu, ia juga pemuka agama serta pencatat buku yang memiliki banyak pengikut.
Namun, siapa sangka bahwa sosok alim yang menjadi teladan ini merupakan orang yang pada kala itu pernah bergelimang dengan dosa. Segala bentuk maksiat pernah ia lakukan semasa lajang.
Tetapi kehidupan Malik berubah ketika ia ingin menikah dan memiliki anak. Ia pun lantas memenuhi keinginannya itu. Ia menikah dan memiliki seorang putri yang diberi nama Fatimah.
Kehadiran buah hatinya perlahan menyadarkan dan membangkitkan keimanan Malik. Setiap kali putrinya bertambah dewasa, imannya meningkat dan keinginan untuk bermaksiat berkurang. Kini kehadiran putrinya membuat Malik kian dekat denga Tuhannya.
Sewaktu ketika, Fatimah pernah melihat ayahnya memegang segelas khamr, maka ia medekat dan menyingkirkan gelas khamr tersebut. Padahal waktu itu usianya belum genap dua tahun.
Baca Juga : Kisah Sufi Rabi’ah al-Adawwiyah Pencari Cinta Tuhan
Namun malang, Allah berkehendak lain. Setelah Fatimah berumur tiga tahun ia diambil oleh sang Khaliq. Kepergian anak tercintanya ini menjadi pukulan dahsyat bagi Malik. Setelah itu ia embali ke dunia maksiat bahkan lebih buruk dari sebelumnya.
Datanglah waktu dimana Malik selalu meminum khamr tiap malam. Ia lalu tertidur dan bermimpi melihat hari kiamat. Matahri gelap, lautan berubah seperti api, bumi bergoncang dan semua orang berkumpul. Kala itu dalam mimpinya Malik merasa berada di tengah kelompo orang tersebut.
Satu persatu nama dipanggil untuk menghadap kepada Allah, dan sampailah nama Malik yang dipanggil. Seketika padang mahsyar yang mulanya sesak dan banyak orang mendadak sepi.
Kemudian ia melihat seekor ular besar membuka mulutnya dan hendak menerkamnya. Ia berlari ketakutan lalu meminta tolong kepada laki-laki tua yang dilihatnya. Namun, si tua itu memolah lantaran ia sendiri sangat lemah dan tak kuasa.
Kemudian si tua itu memberi saran kepada Malik menuju ke suatu tempat untuk menghindari ular tersebut. Tetapi justru jalan yang disarankan tersebut terdapat kobaran api yang sangat panas.
Malik semakin bingung, dimana ular sudah berada dibelakangnya sementara di depannya bara api semakin panas. Ia kemudian meminta tolong kepada si tua itu dan lagi-lagi si tua menyarankan untuk menuju ke sebuah gunung.
Malik lantas berlari ke arah gunung dan mendengar suara anak kecil berteriak memanggil nama Fatimah. Ia berteriak bahwa Fatimah harus menolong ayahnya yang sedang kebingungan.
Malik sonta kaget melihay putri yang sangat ia rindukan tersebut berada di tengah-tengah kerumunan anak kecil. Kemudian Fatimah menolong ayahnya dan membuang ular tersebut.
Malik lantas menyakan kepada putrinya apakah masud dari si kakek tua dan ular tersebut. Fatimah lantas menjelaskan bahwa kakek tua yang lemah tersebut adalah amalan dari Malik semasa hidup di dunia. Dan ular tersebut adalah dosa yang tidak dapat menyelamatkan Malik ketika di akhirat.
Kemudian Malik terbangun dari mimpinya dan sadar akan apa yang dikatakan oleh putrinya bahwa orang yang hidup di dunia harus tunduk dan mengingat Allah. Malik akhirnya bertaubat dan beristqamah di jalan Allah.