Dalam Surat Yunus ayat 62 disebutkan wali-wali Allah. Mereka yang memiliki kedekatan dengan Allah SWT adalah orang yang tidak ada rasa takut, tidak juga bersedih hati. Lalu, siapa sejatinya yang dimaksud wali sang pemilik karomah tersebut?
Allah SWT berfirman: أَلَآ إِنَّ أَوْلِيَآءَ ٱللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada ketakutan pada mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” ( QS Yunus : 62)
Manusia diberikan karunia oleh Allah SWT berupa akal, hati, panca indra, umur, kesehatan, dan lainnya adalah semata-mata agar digunakan untuk mengenal Allah SWT.
Karena itu sejatinya segala karunia tersebut dan aktivitas yang dilakukan seharusnya ditujukan untuk mencapai keridhaan Allah SWT dan memiliki kedekatan dengan Allah SWT.
Allah SWT memberikan karomah kepada manusia yang Dia kehendaki. Salah satunya Abdurrahman bin Auf RA yang ditentukan bahagia sejak dalam kandungan ibunya.
Kisah ini ditulis Imam Ishaq bin Rahawaih dalam kitabnya yang berjudul Al Mathalib Al-Aliyah sebagaimana diceritakan ulang Abul Fida’ Abdurraqib bin Ali Al-Ibi dalam Karamat Al-Auliya dan diterjemahkan oleh Abdurrosyad Shiddiq.
Imam Ishaq bin Rahawaih meriwayatkan dari Abdurrazaq, dari Ma’mar, dari Az-Zuhri, dari Humaid bin Abdurrahman, dari ibunya, dari Ummu Kaltsum binti Uqbah RA, salah seorang wanita yang ikut hijrah pertama.
Ia menceritakan bahwa Abdurrahman bin Auf RA mengalami pingsan berat sehingga orang-orang mengira ia telah meninggal dunia.
Lalu, Ummu Kaltsum RA keluar menuju ke masjid untuk memohon pertolongan kepada Allah dengan cara sholat dan bersabar seperti yang diperintahkan oleh Allah SWT. Begitu siuman, Abdurrahman bin Auf bertanya, “Apakah aku tadi pingsan?”
Orang-orang yang menangisinya menjawab, “Ya.”
Abdurrahman bin Auf kemudian berkata, “Kalian benar. Tadi ada dua malaikat datang kepadaku. Mereka berkata, ‘Pergilah. Kami akan meminta keputusanmu kepada Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Benar.’
Malaikat lain berkata, ‘Kembalikan saja orang itu karena ia termasuk orang-orang yang ditentukan bahagia semenjak berada di perut ibu mereka, dan putra-putranya akan menikmatinya seperti yang dikehendaki oleh Allah’.”
Setelah bertahan hidup sebulan, akhirnya Abdurrahman bin Auf meninggal dunia.
Kisah karomah wali Allah SWT Abdurrahman bin Auf yang pingsan ini juga diriwayatkan Al-Bushiri dalam kitabnya yang berjudul Mukhtashar Ithaf As-Saadah Al-Mahrah.
Rahasianya Dekat dengan Allah SWT Seperti Para Wali-Nya?
Dalam kitab Risalah Adab Suluk al-Murid karya Habib Abdullah bin Alawi Al Haddad dijelaskan bahwa hal yang sangat penting membantu dan menentukan untuk seseorang berjalan sampai kepada Allah SWT setelah melaksanakan semua perintah dan setelah menjauhi yang dilarang Allah SWT adalah melazimkan berdzikir kepada Allah SWT di setiap tempat, setiap waktu dan setiap keadaan baik dengan lisan maupun hati.
“Maka hendaknya perhatikan ini. Melazimkan dzikir, dengan berdzikir lisan, atau membaca Alquran, atau dengan ilmu. Disetiap keadaan, saat senang, saat susah, saat sehat, saat sakit berdzikir,” kata Habib Hasan Al Muhdhor dalam maulid nabi dan kajian kitab Risalah Adab Suluk al-Murid yang disiarkan langsung kanal resmi Al Wafa Tarim pada Kamis (15/9/2022) malam.
Habib Hasan mengatakan bahwa Rasulullah SAW selalu berdzikir di setiap keadaan dan setiap waktu untuk mencapai edekatan dengan Allah SWT. Inilah yang juga dilakukan para wali Allah SWT yang tak ingin menyia-nyiakan waktunya.
Bahkan Habib Abdullah bin Husein bin Tohir beserta saudaranya memiliki kebiasaan ketika makan maka saudaranya akan membacakan kitab di sampingnya yang sedang makan.
Tujuannya agar ketika Habib Abdullah bin Tohir sedang makan maka telinganya tetap mendengar ilmu dan mengingat Allah SWT.
Sebab Habib Hasan mengatakan orang yang hatinya sibuk berdzikir sulit untuk dijerumuskan setan.
Sedangkan orang yang membuang-buang waktunya tanpa kegiatan yang memanfaatkan muda untuk digoda setan. Maka Habib Hasan mengajak untuk senantiasa melazimkan dzikir dengan lisan dan hati.
Mencapai Kedekatan dengan Allah SWT Lewat Cara Mudah
Wali Allah sebagai makhluk spesial di sisi Allah SWT sangat diinginkan oleh semua umat Islam. Karena ketika umat Islam diangkat derajatnya menjadi wali Allah, maka pasti Allah SWT akan memberikan apapun yang ia minta.
Oleh karena itu, menjadi wali Allah adalah dambaan semua umat Islam sehingga semuanya berlomba-lomba dalam menegakkan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya.
Kunci menjadi Wali Allah SWT adalah taat kepada kedua orang tua dan taat kepada guru, khususnya guru tulang atau guru yang pertama kali mengajarkan huruf Hijaiyah.
Tanpanya kita mungkin tidak akan pernah tahu bagaimana caranya membaca Al Qur’an dengan benar dan mengetahui huruf Hijaiyah yang selalu dipakai dalam bahasa Al Qur’an dan Hadits.
Oleh karena itu, jika umat Islam ingin menjadi sosok wali Allah maka juga harus taat kepada guru, khususnya guru tulang atau guru yang pertama kali mengajarkan huruf Hijaiyah.
Baca juga: Abu Bakar al Syibli: Waliyah Dituduh Pelit