
Grapadinews.co.id – Go-Jek dan Grab merupakan dua perusahaan transportasi online yang bersaing sejak di awal terbentuknya. Mereka sama-sama berupaya memberikan yang terbaik untuk pelanggan baik berupa promo, meningkatkan teknologi, menjalin kerja sama dan lain sebagainya.
Bedanya, Go-Jek adalah perusahaan Indonesia, sementara Grab milik pengusaha Malaysia. Kendati demikian, dua-duanya telah mengekspansi berbagai negara di Asia Tenggara. Didukung dengan pelayanan terbaik, masing-masing memiliki strategi berbeda untuk menarik perhatian konsumen.
Setelah dibahas beberapa poin tentang perbedaan Grab dan Go-Jek di artikel lalu, berikut kelanjutan dari perbandingan dua perusahaan unicorn tersebut!
Go-Jek dan Grab untuk negara

Sebagai perusahaan startup pertama yang mengusung tema transportasi online, Gojek mengkombinasikan beberapa aspek dalam bisnisnya, yakni artificial intelligence, online rating, dan menyediakan akses mudah ke berbagai informasi. Poin tersebut membuat pengguna tetap berada di zona nyaman dan menjadikan kerjasama lebih menguntungkan.
Dengan mengembangkan bisnis gaya baru, Go-Jek dinilai sebagai perusahaan paling inovatif dengan mengusung value, kekayaan yang diciptakan secara dinamis daripada produk statis serta hirarkial. Namun pada kenyataanya pemerintah masih sulit menerima bisnis digital model ini, dengan alasan tidak sesuai dengan undang-undang.
Pada tahun 2015, Menterei Perhubungan Indonesia menyatakan bahwa jasa yang menggunakan kendaraan pribadi sama dengan ilegal. Akan tetapi, saat itu pemerintah yang dipimpin langsung oleh Presiden cepat-cepat menghapus pernyataan tersebut, kemudian mendukung penuh bisnis model seperti ini.
Pesaingnya yakni Grab masih berupa private company. Kendati demikian pertumbuhannya sangat pesat. Ada 515 kota untuk online to offline, 19 kota untuk delivery. Dari perhitungan itu bisa menjadi indikator bahwa bisnis ini berkembang dengan sangat baik. Pengemudi roda dua meningkat 40 persen. Sementara market di Indonesia sendiri sudah menguasai 65%.
Akan tetapi dibandingkan dengan perolehan tersebut yang terpenting adalah kepercayaan masyarakat. Sebagai unicorn di Asia Tenggara, Grab mencoba bisnis gaya baru dengan meluncurkan Grab Ventures Velocity untuk Indonesia. Sebagai fase utama yakni dengan mengembangkan BookMyShow, Sejasa dan Minutes. Investasi tersebut terus dikembangkan sebagai salah satu upaya untuk turut serta dalam membangun perekonomian negara.
Strategi promosi

Dalam strategi promosi, Go-Jek memanfaatkan dua jalan yakni melalui digital dan secara langsung. Mereka menggunakan media internet, sosial, brosur, radio, direct selling, event, media partner serta traditional marketing dengan publikasi dan mulut ke mulut.
Tidak hanya itu, perusahaan berlogo hijau ini pun turut menggandeng sejumlah nama-nama artis sebagai brand ambassador untuk menarik perhatian konsumen. Terbukti dengan itu, user makin bertambah dan feedback yang diterima juga baik.
Salah strategi yang dilakukan Grab untuk bisnisnya yakni dengan aktif memanfaatkan video. Cara ini cukup berhasil dan menarik perhatian pengguna. Di samping itu, mereka juga membangun komunitas, mulai dari para pecinta fesyen, sampai selebriti untuk bergabung dalam kegiatan yang ada.
Masyarakat yang mulai terbuka terhadap online trsansportation memungkinkan Grab untuk terus melakukan kegiatan pemasaran dengan melakukan edukasi, menganalisis data dan melihat customer behaviour. Sebab biasanya saat promosi dilancarkan, pengguna merespon positif dan jumlahnya membludak. Namun ketika promo selesai, user juga menurun. Hal inilah yang menjadi tantangan tersendiri, sehingga perusahaan terus meningkatkan teknologi dan inovasi.
Tersebar ke seluruh kota di Indonesia dan Asia Tenggara

Sukses berkembang di tahun 2014, Gojek makin dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai transportasi online yang memudahkan. Namanya terus berkibar, hingga perusahaan memutuskan untuk mengekspansi ke seluruh pelosok Indonesia.
Menariknya lagi, perusahaan asal Indonesia ini sudah melebarkan sayap ke berbagai negara di Asia Tenggara. Ada beberapa yang tetap menggunakan nama Go-Jek, ada pula yang diubah jadi GET untuk wilayah Thailand dan Go-Viet untuk Vietnam. Dengan strategi pembimbingan jarak jauh, mereka bisa menciptakan pasarnya masing-masing. Khusus untuk luar negeri, Nadiem Makarim menyiapkan taktik cerdas agar menguntungkan pengemudi dan penumpang.
Menghadapi kompetitornya, Grab terbuka dengan segala jenis persaingan. Diwakilkan oleh Anthony Tan, perusahaan yang berbasis di Malaysia itu terus bernovasi dalam produknya karena kompetisi mendorongnya lebih baik. Diketahui bila perusahaan tersebut masih terus mengekspansi setelah berhasil masuk ke berbagai negara di Asia Tenggara.
Grab juga menggandeng supermarket online Happy Fresh. Ada pula bentuk relasi dengan Amazon.com dan Redmart, milik Lazada yang didukung oleh Alibaba. Layanan lainnya yakni pengiriman bahan makanan yang memanfaatkan teknologi agar mitra lebih mudah mengakses.
Sistem pembayaran

Untuk membedakan Go-Jek dan kompetitornya, perusahaan menyesuaikan model bisnis dengan keadaan masyarakat Indonesia. Dengan mengenalkan sistem pembayaran elektonid melalui Go-Pay sejak April 2016, customer jadi lebih mudah bertransaksi.
Fitur ini juga turut mengaktifkan industri rumah tangga guna berpartisipasi di sektor finansial. Customer juga diperbolehkan memberikan uang kepada driver, kemudian ditransfer ke akun mereka. Selain itu, mengisinya juga bisa lewat ATM. Tentu saja model ini memberikan kesempatan luar biasa, utamanya untuk penyedia jasa.
Menggunakan Go-Jek memberikan kemudahan termasuk dapat memangkas biaya transportasi. Pelanggan bisa langsung berkomunikasi dengan driver. Sementara itu pembyaran juga bisa dilakukan dengan memotong kredit e-wallet untuk menghemat waktu.
Sementara sistem pembayaran Grab yaitu dengan bekerja sama dengan OVO. Cara ini memudahkan konsumen dan pengemudi karena bisa diisi kapan pun saat tidak membawa uang tunai.
Didukung dengan teknologi, mitra bisa mendapatkan orderan berurutan. Hal tersebut memudahkan mereka pergi ke tempat satu dan lainnya. Di satu sisi bagi pengemudi, Grab meningkatkan teknologinya agar pencairan uang lebih mudah dan instan untuk pembayaran non-tunai. Tidak perlu waktu berhari-hari berkat GrabPay atau OVO.
Teknologi inovatif

Sebagai produk dalam negeri yang dinilai paling berhasil, Gojek merancang produk dan jasanya secara inovatif. Mereka mencoba untuk mengumpulkan berbagai teknologi dari seluruh sektor ekonomi agar nanti bisa diaplikasikan dengan mudah oleh pengguna.
Salah satu contohnya yakni jasa pengiriman yang menguntungkan bagi driver dan customer. Merchant serta penyedia jasa lain menilai perusahaan ini dapat mengefisiensikan masalah lalu lintas khususnya di kota besar, seperti Jakarta dan Surabaya.
Selain fitur-fitur yang disebutkan di atas, Gojek bahkan menambah pilihan Go-Points untuk kegiatan sosial dan program loyalty. Melalui sistem algoritma, nantinya customer bisa mendapatkan berbagai macam hadiah, mulai dari laptop, iPads, iPhone dan lain-lain.
Berbeda dengan Grab, sejak didirikan sejak tahun 2014 lalu, startup hanya dikendalikan oleh 10 orang developer. Di awal terbentuk, aplikasi mobile hadir di satu juta smartphone dan hanya melayani satu pesanan/dua detik. Sementara base berjumlah satu dengan kemampuan proses data beberapa gigabytes setiap harinya.
Telah menjadi salah satu unicorn di Asia Tenggara, Grab mulai mengembangkan teknologi dengan memadukan developer global dan lokal untuk membuat produk yang memungkinkan diterima oleh masyarakat.
Dengan menghadirkan orang-orang lokal yang handal, teknologi jadi makin canggih dan masuk ke dunia warga setempat. Salah satu contohnya adalah fitur GrabNow untuk konsumen di Indonesia sebab masyarakat kita lebih suka memesan ojek secara langsung. Oleh sebab itu, hingga saat ini perusahaan memiliki 6 pusat riset, yaitu Ho Chi Minh, Singapura, Jakarta, Bangalore, Beijing dan Seattle.
Kini mengerti kan perbedaan dari dua perusahaan transportasi online terbesar di atas? Meski sama-sama punya seragam berwarna hijau namun keduanya punya strategi bisnis yang berbeda, utamanya dalam inovasi teknologi. Anda tim Grab atau Go-Jek?