MenyalinHarap perbaharu

Pembangunan Sarana Dakwah Guru Besar DR. Syekh Salman Da’im

I. Rumah Ibadah Suluk Sebagai Sarana Dakwah Pertama

Guru besar DR. Syekh Salman Da’im memulai kisah perjalanannya sebagai pemimpin pada masa Tahun 1960-an. Pada tahun tersebut sarana dakwah guru besar yaitu mengadakan persulukan di Ds Gajing serta Pematang Siantar di Kotabaru Tebing Tinggi, Sumatera Utara. Guru besar membangun sebuah Rumah Ibadah Suluk pada Tahun 1970-an sebagai sarana dakwah yaitu untuk ibadah secara zahir dan batin di daerah Bandar Tinggi, Sumatera Utara.

Perkembang yang cepat secara intensif di luar daerah Sumatera, yaitu di Pulau Jawa, Kalimantan, dan Sekitar Indonesia bagian Timur. Pada Tahun 1990-an ini diawali dengan berdirinya Rumah Ibadah Suluk Darus Shofa di Riau. Dakwah tarekat Naqsabandiyah dipelajari di Rumah Ibadah Suluk tersebut.

Pada Tahun 1999 sarana dakwah yaitu Rumah Ibadah Suluk yang ke-3 dibangun di Ds Sei Dareh, Kab. Damas Raya, Sumatera Barat. Pada tahun tersebut kegiatan Suluk terus berlangsung dan dihadiri oleh umat berjamaah dari daerah Padang, Sumatera Barat.

Fokus mengembangkan dakwah pada Tahun 2008 berkembang pesat sampai ke berbagai daerah di mancanegara. Seperti di daerah Pulau Jawa, bahkan sampai ke Singapura, Malaysia, dan Thailand serta daerah yang lainnya.

Sarana dakwah yang dibangun di daerah Medan merupakan Rumah Suluk Marendal merupakan Rumah Ibadah Suluk ke-5  dengan tujuan untuk menampung umat yang mengikuti Suluk akan tetapi tetap bisa beraktifitas seperti biasaya. Agar dapat berdakwah dengan sarana penginapan yang sejuk, dan nyaman, maka pada Tahun 2011 juga di bangun Rumah Ibadah Suluk yang Executive.

Rumah Ibadah Suluk yang di bangun pada Tahun 2013 terletak di Toboali, Bangka Selatan. Kegiatan Suluk yang berjalan telah dihadiri beberapa umat jamaah dari Bangka, Belitung, dan daerah sekitarnya seperti Jakarta, dan Palembang.

Baca Juga  Sang Nahkoda Tasawuf Prof. Dr. H. Syekh Djalaludin

  II. Program Belajar

Awal Tahun 2013 juga mengembangkan visi dan misi guru besar DR. Syekh Salman Da’im dalam menjalankan program belajar bahasa Inggris sebagai sarana dakwah yang intensif dalam lingkungan pesantren. Program tersebut diberlakukan untuk santrinya agar langsung belajar di Kampung Inggris, Pare, Jawa Timur, dan program kegiatan belajar tersebut masih berjalan hingga saat ini.

Program pembangunan sebagai sarana dakwah telah dibangun diberbagai daerah di Nusantara. Serta Pengembangan dakwah tarekat Naqsabandiyah, dan melanjutkan pengembangan membentuk SDM unggulan. Program belajar yang diterapkan oleh guru besar dapat memberikan beasiswa belajar kepada murid dan penerusnya Syekh muda. Karena guru besar menjelaskan bahwa ilmu itu diibaratkan seperti cahaya, dan harta yang perbendaharaan tersebut tidak akan pernah pudar.

 

Penjelasan dari guru besar yaitu DR. Syekh Salman Da’im didukung dengan adanya wawancara dalam pertemuannya dengan Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Tengku Erry Nuradi. Guru besar bekata bahwa “kalau uang pasti sudah habis, tapi karena ilmu yang diberikan kepada Syekh muda, tentu tidak akan hilang selamanya. Semoga ini menjadi satu berkah untuk kita meningkatkan kualitas SDM dalam menjalankan dakwah. Sehingga mampu menjawab problematika masyarakat komtemporer”.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Download E-Magazine Grapadinews!

Join our mailing list to receive the latest news and updates from our team.

You have Successfully Subscribed!

Pin It on Pinterest

Shares
Share This