
Kerasnya kehidupan dan minimnya Motivasi Diri terkadang memicu seseorang untuk bertindak diluar nalar. Kesempatan untuk merasakan kemenangan meskipun sesaat terkadang menjadi sebuah pilihan yang diambil oleh seseorang saat berada pada dasar dari kehampaan jiwa, narkoba. Tak ada yang mampu menghalangi sebuah keputusan yang dapat memicu sebuah ketidak benaran dan kehampaan dalam perjalanan dan pencarian.
- Motivasi Diri Demi Kehidupan Yang Lebih Berarti

Ganasnya persaingan hidup kerap meruntuhkan bahkan kokohnya sebuah Motivasi Diri. Gunjingan dan cemoohan dari mereka yang mengaku handai taulan seringkali dan selalu membuat sebuah kehidupan terasa tak beraturan. Kesadaran hati dan juga jernihnya pikiran harus selalu terjaga demi terwujudnya sebuah euforia yang tak hanya buaian belaka.
Menjaga telinga dan juga jiwa dari tajamnya jari jemari yang menari di atas sebuah papan tipis yang telah menggantikan tuhan dari sebuah kehidupan bukanlah sebuah perkara yang sepele. Kata demi kata yang terlihat, acap kali menggoyahkan hati nurani insan yang berbudi. Tak ayal pilihan sesaat bagi hati yang tersesat adalah sebutir kerikil surga dunia yang banyak menyesatkan banyak umat manusia, narkoba.

Kenikmatan sesaat yang terasa bagaikan di surga telah mengubur dalam-dalam sebuah Motivasi Diri yang dulunya di agung-agungkan. Tak ada lagi kata, tak ada lagi rasa yang bisa menggambarkan betapa bahagianya seorang insan yang menelan dengan ludahnya sebutir kerikil surga yang katanya diturunkan langsung oleh sang pencipta semesta. Kenyataannya yang katanya kerikil surga adalah sebuah debu yang membutakan mata, dan menuntun terperosok dalam gelapnya neraka dunia.
- Relativitas Motivasi Diri Dalam Setiap Pribadi

Apa yang sebenarnya mendasari runtuhnya Motivasi Diri yang membuat para insan berbudi lupa akan jati diri dan hati nurani?. Apakah hidup yang semakin kejam, bahkan ibu tiri terlihat bagai bidadari dihadapan kehidupan kala ini. Sebuah pertanyaan yang tak bisa dijawab dengan begitu mudahnya bagi insan yang telah jauh kehilangan arah bahkan mungkin bagi insan yang masih merasa memiliki arah dalam kehidupan.
Kebahagiaan adalah sebuah relativitas dimana terlalu banyak faktor yang mempengaruhi. Adakalanya manusia menginginkan kekayaan, adakalanya manusia menginginkan kekuasaan, ada kalanya pula seorang insan hanya menginginkan sebuah kesempatan untuk menghirup udara bebas di pagi hari. Tak ada yang mengerti dan tak ada yang bisa menjadi sebuah hal yang pasti dari kehidupan insan di bumi. Namun ada banyak hal yang bisa mempengaruhi manusia untuk bertindak diluar nalar, norma, dan nurani.
- Mencoba Mengebiri Ambisi Duniawi Demi Motivasi Diri Yang Hakiki

Kehausan akan kekuatan acap kali membuat insan yang berbudi luhur sekalipun kalap dan larut dalam jurang kegelapan, terlahap ambisi menggerus Motivasi Diri. Saat menguasai diri sendiri tak lagi menjadi sebuah pencapaian yang berarti maka menguasai apa yang tidak seharusnya dimiliki adalah jalan lain yang justru dianggap pantas dan di agung-agungkan. Menjelang terbenamnya matahari tak ada lagi jejak dari insan berbudi, digantikan dengan teriakan dan auman makhluk berkaki dua yang lapar.
Oleh karena itu di hari yang masih pagi ini, nikmati segarnya udara dan rasakan betapa masih ada secerca kebahagiaan yang bisa diraih oleh para insan berbudi tanpa harus saling melukai. Jika yang menjadi beban dalam diri adalah kicauan dari burung pagi yang selalu menyapa, biarlah saja. Tak ada bergulat dalam pekatnya lumpur kehidupan kalau pada akhirnya keduanya harus ternoda, menjadi insan yang nista. Apalah gunanya mengejar asa yang terus berlari menjauh, nikmatilah hidup ini meskipun keberadaanmu tak ada yang mengakui.