
Grapadinews.co.id – Budaya ngopi di Indonesia dibawa sejak zaman kolonial Belanda. Bila dahulu penikmat kopi hanya sebatas para pekerja perkebunan, persawahan dan kuli kasar lainnya, namun kini kebiasaan menikmati si hitam sudah masuk ke dalam lingkungan modern, utamanya anak muda.
Meski jumlah orang dewasa penikmat kopi masih saja ada, namun angka generasi sekarang jauh lebih banyak. Tidak lain karena si hitam menjadi menu utama dari kafe, restoran hingga kedai. Bahkan minuman favorit tersebut makin diinovasi dengan beragam rasa, topping, serta mix dengan bahan lainnya.
Kebiasaan ngopi juga dilakukan oleh masyarakat Amerika Serikat. Sebagai bagian dari penunjang kesehatan, apalagi kandungan kafein dapat memicu energi membuat pekerja kantor mengandalkan kopi sebagai minuman utama. Sama halnya dengan di Indonesia, kedai kopi di Amerika Serikat banyak ditemui di berbagai sudut tempat, salah satu yang populer yakni Starbucks.
Menyajikan menu kopi modern, Strabucks sukses mengekspansi seluruh dunia. Di samping si hitam, tempat ini juga menjadi tren dari budaya ngopi modern dengan memberikan kenyamanan tempat, makanan hinggan camilan. Bukan hal mudah untuk merambah pasar berbagai negara, ternyata beginilah strategi bisnisnya!
Starbucks secara umum

Starbucks berawal dari kedai kopi sederhana di Seattle oleh Gordon Bowker, Zev Siegl dan Jerry Baldwin pada tahun 1971. Saat telah beroperasi di hampir 75 negara. Sementara pada masing-masing negara setidaknya memiliki ratusan gerai.
Di Indonesia mulai masuk pada tahun 2002. Menurut laporan, di akhir 2014 sudah tersebar 200 gerai Starbucks di seluruh kota nusantara. Dalam bisnisnya, mereka memiliki konsep penjualan kopi secara modern. Selain menawarkan si hitam sebagai menu utama, juga didapatkan sajian lain seperti teh, camilan, produk makanan dan masih banyak lagi. Di samping itu ada beberapa produk musiman dan berbeda di setiap kedai, seperti misalnya es krim, kopi aneka topping, dan lain-lain.
Pengunjung juga dimanjakan dengan tempat nyaman untuk bersantai bersama sahabat atau melakukan meeting bisnis. Penyajian kopi dalam kemasan gelas plastik ini kemudian menjadi tren yang menunjukkan bahwa Starbucks merupakan pelopor budaya ngopi modern.
Mengekspansi dunia dan peroleh keuntungan triliunan

Starbucks kemudian dijual ke Howard Schultz pada tahun 1987. Sejak saat itu, sang chairman tidak menyangka bila dirinya akan menjadi seorang pengusaha sukses. Di awal bisnis yang dipimpin oleh Jerry Baldwin hanya kedai seadanya dan sangat sederhana. Namun dengan tangan dinginnya akhirnya mulai menyebar ke berbagai wilayah. Bahkan ia tidak menyangka bisa menjadi pemilik dari kedai kopi raksasa di dunia.
Dalam bukunya, Howard Schultz menuliskan, “jauh lebih baik menjadi spesialis kopi daripada menjadi karyawan biasa di perusahaan nuklir.” Hingga kini kekayaannya sudah mencapai 30,3 triliun rupiah.
Dilaporkan pada tahun 2016, pendapatan Starbucks meningkat sebanyak 11 persen atau menjadi 298,2 miliar rupiah dibandingkan dengan di tahun 2015 yang hanya meraup 268,8 miliar rupiah. Sementara itu penambahan kedai juga mengalami peningkatan sebanyak 5% dari tahun sebelumnya.
Mengedepankan visi serta misi

Merambah dunia internasional sebenarnya merupakan unsur ketidak sengajaan bagi Starbucks. Seiring dengan berjalannya waktu, usaha yang dirintis oleh Howard itu terdengar gaungnya hingga ke mancanegara.
Dalam menjalankan bisnisnya, Starbucks memegang teguh visi dan misi. Adapun enam poin yang dipegang teguh yaitu:
- Menyatukan keberagaman sebagai salah satu komponen dalam berbisnis
- Menjaga kepuasan pelanggan
- Menciptakan lingkungan kerja yang bagus dan membentuk sikap saling hormat serta menjaga martabat masing-masing
- Beri kontribusi postif pada lingkungan serta komunitas
- Berstandard tinggi terhadap pembelian, pemnaggangan, dan pengiriman produk kopi
- Profitabilitas adalah dasar untuk kesuksesan
Sementara itu, misi dari Starbucks adalah penyedia kopi terbaik di dunia yang menjaga prinsip konsistensi. Dengan berpegang pada tujuan tersebut, perusahan berharap bila kedai kopi menjadi merek yang paling bernilai dan dihargai oleh seluruh warga dunia.
Segmentasi pemasaran

Pada prinsipnya, pemasaran merupakan cara untuk mempromosikan dan mengenalkan produk. Ada berbagai macam langkah yang dilakukan oleh perusahaan untuk menarik perhatian calon pelanggan.
Starbucks punya cara tersendiri. Hampir seluruh orang di dunia suka kopi, bahkan ada pula yang menganggapnya sebagai kebutuhan. Namun hanya berdiam diri dan mengandalkan bola datang saja tidak cukup. Maka untuk memperkenalkan lebih dalam lagi, perusahaan mengincar bandara, kafetaria, grocery stores, mall, hingga hotel
Dengan menyebarkan kopinya ke banyak tempat, maka dalam satu negara saja Starbucks memiliki ratusan gerai. Keberadaannya di titik-titik itu juga menjadikan kedai kopi asal Amerika Serikat ini identik dengan kalangan menengah atas. Namun demikian, sebagai upaya agar bisa membaur dengan seluruh masyarakat kini juga dibuka di sekolah-sekolah.
Pengembangan produk

Menu utama yang ditawarkan oleh Starbucks adalah kopi. Sebab memang pada dasarnya sejak awal dibuka, kedai menjual minuman tersebut. Akan tetapi bisnis yang semakin berkembang ke beberapa negara memunculkan kompetitor.
Untuk menghadapi hal tersebut, perusahaan melakukan trik untuk mengembangkan produk yang tentunya disesuaikan dengan selera masyarakat. Mereka menggunakan produk kopi berkualitas, namun dengan rasa yang disukai oleh orang banyak. Di samping itu juga ditambahkan minuman lainnya untuk non peminum kopi, seperti teh, smoothie, jus, dan teh.
Di samping menawarkan ragam minuman hangat dan dingin, konsumen juga dimanjakan dengan aneka makanan berat, cake dan pastry, mulai dari chicken salad, buah, platter keju dan masih banyak lagi lainnya.
Pelayanan maksimal

Starbucks mengalami persaingan yang begitu ketat. Sebagian besar dari mereka bahkan menggunakan logo, simbol hingga strategi pemasaran hampir sama.
Sebagai kedai kopi pertama yang berhasil menembus market, tentu Starbucks tidak kehilangan ide untuk membuat pelanggan setianya bertahan. Caranya dengan memaksimalkan pelayanan. Jika kompetitor mengutamakan teknologi, maka perusahaan ini menciptakan hi touch.
Pelanggan merupakan fokus utama mereka agar bisnis tetap bertahan. Mereka juga merupakan penilai dari citarasa kopi, maka Starbucks berusaha untuk menyentuh sisi humanis konsumen melalui kemasan kopi. Nama konsumen dan ucapan semangat di kemasan merupakan salah satu pendekatan yang membuat konsumen begitu akrab.
Menambahkan fasilitas lain

Selain menyajikan kopi, aneka camilan dan ragam minukan, Starbucks juga mencoba mengerti kebutuhan pasar. Tidak mengabaikan kualitas sajian, perusahaan juga memberikan tempat nayaman untuk pelanggan. Nantinya mereka tidak sekedar menikmati sajian tetapi juga bercengkrama dengan teman, sahabat hingga menggelar meeting bisnis.
Untuk menunjang itu semua, ditambahkan pula Wi-Fi gratis agar waktu bersama lebih menyenangkan. Bisa dibayangkan kan bagaimana nikmatnya meneguk kopi sembari berdiskusi dan menikmati free internet?
Memiliki strategi bisnis yang terorganisir, namun tidak membuat Starbucks mengabaikan loyalitas terhadap karyawan. Bahkan prinsip utamanya yakni merangkul sesama, terutama para pekerja untuk bersama membangun citra perusahaan. Dengan demikian, mereka dapat bekerja secara maksimal dan memberikan pelayanan terbaik untuk pelanggan.