
Berinvestasi rumah atau properti lainnya, masih menjadi prioritas ke sekian untuk para generasi milenial. Hal ini disebabkan karena banyak anak muda yang lebih memilih menghabiskan gaji mereka untuk travelling atau hobi ketimbang memikirkan investasi. Selain itu berinvestasi properti dikenal memiliki harga yang tinggi apalagi di kota-kota besar dengan lahan yang semakin terbatas. Â Lalu bagaimana cara agar para generasi milenial tertarik untuk berinvestasi di bilang properti? Sekarang ada banyak solusi yang diciptakan oleh para pengembang kreatif untuk memahami kebutuhan dari konsumen milenial. Keterbatasan lahan penyebab hunian dengan harga tinggi tak menjadi soal, sebab kini banyak diciptakan hunian baru yang mampu menyesuaikan luasnya lahan. Salah satunya dengan micro house.

Rumah kecil atau micro house digadang-gadang akan menjadi sebuah trend properti di Indonesia. Jenis properti ini sudah populer lebih dulu di Amerika Serikat sebab harga propertinya yang kian mahal disana. Selain itu trend micro house juga terjadi di Jepang yang mana sudah memiliki lahan sangat terbatas dan  harganya melambung tinggi. Meski memiliki ukuran kecil, bukan berarti micro house memiliki konsep yang sederhana. Properti ini meski memiliki luas terbatas namun kualitasnya sangat baik.
Trend micro house yang banyak dilirik generasi milenial

Menurut Andika Pujangkoro, CEO Grapadi Konsultan, Konsultan Properti terkemuka yang berpengalaman menangani konsultasi Properti dan Pengembangan. Indonesia belum banyak orang yang suka untuk tinggal di apartment. Orang Indonesia lebih menyukai tinggal di rumah sendiri meskipun kecil. Karena secara legalitas lebih meyakinkan serta aman untuk investasi jangka panjang. Maka dari itu konsep hunian micro house akan lebih mudah diterima di Indonesia. Meski memiliki keterbatasan lahan, kualitas rumahnya sangat bagus, baik desain interior maupun eksteriornya.

Ukuran micro house rata-rata di bawah 70 meter persegi, yaitu sekitar 40 hingga 50 meter persegi. Di Indonesia sendiri, luas tanahnya yang paling kecil 60 metre persegi dengan bangunan yang luasnya 21 meter persegi. Meski berdiri pada lahan yang sempit, konsep rumah ini tidak seperti rumah subsidi. Melainkan tetap memiliki kualitas bangunan serta isi rumah yang tergolong kelas menengah ke atas.
Konsep rumah micro house
Renzo Piano, seorang arsitek di London meluncurkan sebuah proyek London’s Shard yang merupakan rumah berdesain micro house, seperti yang dikutip oleh rilisiana. Rumah ini dibuat dengan ukuran hanya 7.5 meter persegi meski begitu sangat nyaman untuk dihuni. Di dalam rumah tersebut, tersedia toilet, meja lipat, panel surya hingga perangkat yang berguna untuk mengumpulkan air hujan. Sehingga bisa disebut jika micro house yang ia ciptakan merupakan rumah yang ramah lingkungan.

Umumnya, micro house terdiri dari satu kamar, satu kamar mandi serta ruang tamu yang menyatu dengan dapur. Tentunya kebutuhan penghuni rumah harus disesuaikan dengan luas hunian yang kecil. Untuk fisik bangunan micro house, umumnya bertingkat sehingga mampu menyiasati lahan yang sempit. Pada rumah ini Anda juga bisa menambahkan teras kecil yang sederhana. Dengan konsep desain yang unik dan minimalis ini, rumah micro house tentu lebih menarik untuk para generasi milenial yang ingin mempunyai hunian sendiri. Jika para generasi terdahulu lebih menyukai konsep rumah yang luas dan tidak terlalu mementingkan desainnya, berbeda dengan generasi sekarang. Desain yang unik meski memiliki lahan yang terbatas lebih nyaman ditinggali. Sama seperti banyak hunian di Australia dimana huniannya kecil, namun memiliki isi hunian bagus. Generasi milenial di Indonesia saat ini mengarah ke sana.