Kisah Sufi Maulana Jalaluddin Rumi dan Sang Guru Sufi yang Meminta Arak
Image : Pinterest
Seperti yang kita ketahui bahwa mengkonsumsi arak ataupun minuman yang mengandung khamr merupakan hal yang dilarang dalam ajaran agama Islam. Namun, bagaimana jika seorang sufi ternama sampai memegang minuman haram tersebut dan diketahui oleh banyak orang.
Tentu orang-orang akan berfikir buruk tentangnya. Hal inilah yang terjadi pada penyair sufi Jalaluddin Rumi pada kisah berikut ini.
Biografi Jalaluddin Rumi
Sufi ternama ini memiliki nama lengkap Maulana Jalaluddin Rumi yang dikenal dengan sebutan Jalaluddin Rumi. Orang tuanya adalah warga Persia dan penutur asli bahasa Persia.
Ibunya bernama Mumina Khatun, sedangkan ayahnya bernama Bahaduddin Walad yang merupakan seorang ahli ilmu agama, ahli hukum, dan kebatinan.
Jalaluddin Rumi lahir pada tanggal 30 September tahun 1207 Masehi tepatnya di desa Wasakh dekat sungai Wasakh Persia di provinsi Balkh (sekarang adalah wilayah Afghanistan).
Rumi dan keluarganya meninggalkan Balkh bersama beberapa kelompok pelajar yang merupakan murid ayahnya antara tahun 1215 sampai 1220 pada saat Mongol melakukan invasi di wilayah Asia Tengah. Mereka bermigrasi dan berpindah-pindah menuju ke Baghdad, Damaskus, Malatya, Sivas, Kayseri, dan Nigde.
Setelah melakukan ziarah ke Makkah akhirnya mereka memutuskan untuk tinggal di Konya (sekarang Turki bagian barat). Dan di situlah Rumi melanjutkan posisi ayahnya sebagai guru agama pada saat ayahnya meninggal dunia pada tahun 1231 Masehi dan Jalaluddin Rumi masih berusia 24 tahun.
Selama bertahun-tahun Jalaluddin Rumi juga banyak mempelajari syair-syair karya Attar dan Sanai. Bahkan ia menuangkan kecintaannya itu dengan menciptakan syair dan beberapa karya dari buah pikirannya.
Jalaluddin Rumi wafat pada 17 Desember 1273 di Konya, pada masa pemerintahan Kerajaan Seljuk. Jasadnya juga dikuburkan disamping makam ayahnya di Koya.
Baca Juga : Kisah Mengandung Hikmah dari Sufi Hasan Al-Bashri
Kisah Jalaluddin Rumi dan Arak yang Diminta Oleh Gurunya
Kisah ini bermula saat murid dari Syams Tabrizi mengundang gurunya ke rumah dan mendatangi kediaman Jalaluddin Rumi. Saat semua perjamuan siap, Syams mengatakan kepada muridnya untuk disediakan minuman (arak/khamr).
Ketika itu Jalaluddin Rumi kaget dan tidak percaya. Ia masih bertanya-tanya untuk meyakinkan apakah benar sang guru meminum arak. Namun, tetap saja sang guru memintanya untuk disediakan.
Jalaluddin sempat menolak, karena waktu itu adalah malam hari dan ia tidak mungkin memerintah pembantunya karena takut kehormatannya akan hilang.
Maka sang guru meminta Jalaluddin Rumi untuk pergi sendiri mencari arak. Namun tetap saja ia menolak, bahwasannya seluruh kota telah mengenalnya.
Sampai pada akhirnya sang guru berkata, “Kalau kau memang muridku, maka sediakanlah apa yang aku minta. Tanpa minum malam ini aku tidak akan makan, tidak akan berbincang, dan tidak bisa tidur”.
Karena kecintaannya pada sang guru, akhirnya Jalaluddin Rumi keluar memakai jubah dan menyembunyikan botolnya di dalam jubah yang ia kenakan. Ia lalu menuju ke pemukiman kaum nasrani.
Hingga pada saat Rumi menuju sebuah pemukiman nasrani dan memasuki kedai arak, semua orang yang melihatnya tampak kaget karena saat itu juga Jalaluddin Rumi tengah mengisi botol tersebut dengan arak.
Setalah itu, ia terus diikuti oleh orang-orang yang jumlahnya bertambah banyak. Hingga sampailah Rumi di salah satu masjid tempat ia menjadi imam. Tiba-tiba salah satu orang yang mengikutinya berteriak sambil menyingkap jubah Rumi sehingga botol arak tersebut terlihat jelas oleh banyak orang.
Semua orang tampak kaget dan merasa telah dibohongi oleh imam sholat yang mengaku ahli zuhud tersebut. Bergantian dari mereka meludah di muka Rumi, menyerang, bahkan ada yang berniat untuk membunuhnya.
Setelah itu, datanglah sang guru Syams tersebut dan mengatakan kepada orang-orang yang tengah mengerumpuni Rumi. “Sungguh orang-orang yang tidak tahu malu. Kalian telah memfitnah orang alim dan tidak tahukah kamu bahwa botol tersebut bukan berisi arak melainkan adalah cuka”.
Lalu dituangkan isi dari botol tersebut ke tangan beberapa orang. Dan ternyata benar botol tersebut hanyalah berisi cuka. Orang-orang yang telah menuduh Rumi tadi benar-benar merasa menyesal. Mereka meminta maaf, mencium tangan Rumi, dan bersujud dihadapannya dengan berkali-kali meminta maaf tanda menyesal.
Setelah mereka semua pergi, Rumi bertanya kepada gurunya. “Mengapa engkau membuatku berada dalam kekacauan seperti ini. Semua orang telah salah faham kepadaku dan menghilangkan kepercayaan mereka kepadaku”
Guru Syams menjawab, “Supaya kau paham bahwa wibawa itu hanyalah khayalan saja. Mungkin selama ini kau berfikir bahwa kehormatan dari mereka merupakan sesuatu yang abadi. Sekarang kau tau sendiri bukan, bahwa kehormatan yang kau kejar hilang dalam sekejap hanya karena satu botol minuman. Maka sandarkanlah dirimu kepada Allah semata, dzat yang tidak pernah tergoyahkan”.
Semoga artikel ini bermanfaat.