
Grapadinews.co.id – Yang muda yang berkarya. Teknologi diciptakan dari sains, dewasa ini mulai dikembangkan oleh anak-anak muda. Dengan semangat yang masih menggebu, kreativitas segar serta ide-ide cemerlang mereka bisa menciptakan sesuatu yang bermanfaat untuk banyak orang.
Sadarkah Anda bila sebagian besar platform di dunia maya diciptakan oleh mereka? Ya, kini masa sudah beralih ke para generasi baru. Sains yang dikombinasikan dengan bisnis serta ilmu sosial menciptakan suatu perubahan luar biasa.
Salah satu anak muda asal India yang belakangan ini menjadi sorotan yakni Ankiti Bose. Ialah yang menciptakan Ziliingo dengan tangan dingin dan pemikirannya. Dikabarkan bila platform tersebut tengah berada di titik nilai tertinggi. Seperti apa kisah suksesnya?
Kisah keluarga Bose

Ankiti Bose dibesarkan di India. Ayahnya adalah seorang insinyur di sebuah perusahaan minyak milik negara. Maka sejak kecil ia dan keluarga selalu berpindah-pindah dari tempat satu ke lainnya. Lantas dia mulai terbiasa dengan budaya dan bahasa di beberapa negara.
Sementara ibunya adalah seorang dosen di sebuah universitas. Akan tetapi beliau memutuskan mengabdikan waktunya untuk mendidik anak-anaknya di rumah. Sejak kecil, Bose selalu unggul di sekolah. Ia suka belajar ekonomi dan matematika. Dua bidang itulah yang kemudian dibutuhkan oleh konsultan McKinsey & Co di India. Ialah perusahaan yang bergerak di sektor teknologi, media serta komunikasi.
Ankiti Bose bertemu dengan Dhruv Kapoor

Dimulai sejak Desember 2014, Zilingo Pte menjadi platform mode yang kini nilainya sudah mencapai US$1 miliar (14 triilun rupiah). Saat itu Ankiti Bose bersama dengan seorang analis dari Sequoia India berbincang di sebuah pesta rumah di kota teknologi, Bengaluru.
Saat itu Bose berusia 23 tahun dan Dhruv Kapoor, seorang Insinyur perangkat lunak berumur 24 tahun bekerja di studio game Kiwi Inc. Obrolan itu kemudian menyadarkan keduanya bila mereka memiiki keterampilan yang saling melengkapi dan ambisi sama, yakni membangun startup sendiri.
Mulai berhemat untuk modal

Empat bulan dari perbincangan itu, keduanya memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan masing-masing. Ankiti dan Dhruv kemudian mulai mengumpulkan uang hingga USS30.000 (420 juta rupiah) untuk mewujudkan mimpi bersama.
Kemudian mereka membangun Zilingo, sebuah platform online yang memungkinkan pedangan kecil di Asia Tenggara membangun pasarnya. Ambisi dan ketertarikan yang sama ini lalu membawa usaha tersebut sukses besar.
Suntikan dana besar

Seiring dengan berjalannya Zilingo sebagai salah satu platform terkemuka, perusahaan yang berbasis di Singapura itu telah mengumpulkan dana US$226 juta (3,1 triliun rupiah) dari investor termasuk Sequio Capital dan Temasek Holding Pte. Menurut sumber yang tidak ingin disebutkan namanya, pembiayaan terakhir yang diterima oleh perusahaan yakni US$970 juta (13,5 triliun rupiah). Nilai tersebut kemudian membawa Bose pada jajaran eksekutif muda yang memimpin startup besar.
Founder perempuan begitu langka di dunia startup global. Menurut data dari Pitchbook pada Mei 2018 lalu, dari 239 startup yang didukung oleh modal ventura di seluruh dunia dengan nilai investasi US$1 miliar (14 triliun rupiah), hanya 23 yang pendirinya wanita.
Bose mengatakan bila dirinya adalah salah satu kelompok anak muda di usia 20-an yang memiliki mimpi dan ambisi. Maka ia pun memutuskan untuk mengejarnya.
Dari untuk pedagang kecil hingga memperluas pasar

Bose sekarang menjadi bagian dari kelompok bos startup di Asia Tenggara. Ia juga termasuk dalam founder yang memanfaatkan smartphone untuk meningkatkan pendapatan. Menurut laporan dari Google dan Temasek, setidaknya nilai yang didapat dari berbelanja online dari para konsumen di kawasan tersebut mencapai US$23 miliar (322 triliun rupiah) pada tahun 2018. Angka tersebut diperkirakan akan meningkat sebesar US$100 miliar (1,4 kuadriliun rupiah) pada tahun 2025.
Dilaporkan dari regulator Singapura, Zilingo sukses membukukan pendapatan sebesat US$1,8 juta (252 miliar rupiah) terhitung hingga Maret 2017. Jumlah tersebut naik sekitar US$434.000 (6,1 miliar rupiah) dari Maret 2016. Sementara itu pada Maret 2018 naik 12 kali lipat dan meningkat lagi hingga empat kali lipat pada April 2018 hingga Januari 2019. Perolehan tersebut juga tidak luput dari Kapoor yang berperan sebagai Chief Tchnology Officer.
Awalnya perusahaan memiliki tujuan untuk membantu pedagang kecil menjualkan barang kepada konsumen. Namun sejak berkembang hingga ke daerah baru, mereka berhadapan dengan ribuan penjual kecil, di sanalah Bose dan Kapoor sadar bila mereka juga butuh akses untuk masuk ke dalam teknologi, modal dan pasar luas.
Jadilah perusahaan memperluas serta mengembangkan perangkat lunak dan alat-alat lain agar vendor bisa mengakses pabrik di Bangladesh ke Vietnam. Mereka juga membantu pengiriman lintas batas dan mengatur inventaris. Sejak 2018 Zilingo bekerja dengan perusahaan teknologi keuangan untuk menyediakan modal kerja bagi penjual-penjual kecil, sehingga mereka bisa membeli bahan baku untuk menghasilkan barang. Sementara itu perusahaan hanya membebankan komisi antara 10 hingga 20 persen dari pesanan.
Zilingo sebagai situs fashion terbesar

Salah satu yang menginspirasi Bose adalah saat dia datang ke pasar Chatuchak yang populer di Bangkok. Di sana ada lebih dari 15.000 stan yang menjual barang-barang dari seluruh Thailand. Dia menyadari bahwa penjual tidak memiliki peluang yang cukup untuk berkembang jika hanya dengan cara demikian saja.
Sejak diperkenalkan di Thailand dan Kamboja pada tahun 2015, perusahaan telah berkembang serta memiliki kantor di delapan negara dengan 400 karyawan. Zilingo merajai pasar sebagai e-commerce fesyen di Indonesia, Thailand dan Filipina. Saat itu mereka juga bersiap untuk meluncurkan ke Australia.
Setelah Bose menemukan cara untuk mengembangkan Zilingo, tantangan selanjutnya yakni mengelola perusahaan dengan merekrut tim yang tepat. Diharapkan juga bila mereka menerapkan budaya yang sesuai.
Berhenti dari perusahaan besar untuk mendirikan Zilingo telah dipikirkan matang-matang. Bose bahkan siap dengan risiko yang akan dihadapi nantinya. Ia berkata kepada Bloomberg bila mendapatkan modal dari Sequoia India untuk menjalankan startup besar di Asia Tenggara adalah peluang untuk membangun bisnis sendiri.
Meski ia menghabiskan waktunya 18 jam sehari untuk bekerja, namun rasa lelah sama sekali tidak dirasakan karena ia menjalankannya dengan passion. Bos wanita ini mengaku bahwa hingga kini dirinya masih terus belajar tentang banyak hal untuk mengembangkan bisnisnya di bidang teknologi ini.