Perkembangan thariqat Naqsyabandiyah di Indonesia tidak terlepas dari kerja keras dan peran para ulama yang membawakan thariqat. Menurut sejarahnya, thariqat Naqsyabandiyah dibawa oleh Sulaiman Zuhdi ketika kembali menimba ilmu di Jabal Qubaisy. Thariqat ini semakin berkembang karena terdapat banyak murid yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia terutama di daerah Sumatera.
Salah tokoh yang turut mendukung umat untuk memiliki akhlak mulia serta berintelektual adalah Abuya Doktor Syekh Muhammad Nur Ali, S.Ag, M.Hum. Beliau adalah pimpinan Tarekat Naqsabandiyah Al Kholidiyah Jalaliyah. Murid, putra sekaligus Mursyid penerus Tarekat Naqsabandiyah Al Kholidiyah Jalaliyah dari Buya Syekh Doktor Salman Daim ini, mengatakan mampu menjawab tantangan dunia fana ini dengan program yang diusungnya untuk membentuk jamaah menjadi ulama yang intelektual maupun intelektual yang ulama..
Beliau merupakan ulama besar yang sangat berpengaruh di Sumatera Utara. Beliau tidak hanya menjadi pemimpin thariqat tetapi juga pimpinan pesantren yang terletak di jalan, Huta 1 Bandar Rejo, Kec. Bandar Masilam, Kab. Simalungung, Sumatera Utara.
Program Pendidikan dan Binaan Kampung Sakinah
Sebagai pemimpin (Mursyid) dari Tarekat Naqsabandiyah Al Kholidiyah Jalaliyah, tentunya Syekh Muhammad Nur Ali (Buya Ali) menyebarkan thariqat ini pada pesantren yang beliau pimpin sampai seluruh pelosok Negeri. Tentunya terdapat harapan bahwa para pengikut thariqat dapat menimba ilmu dengan baik kemudian ilmu tersebut disebarkan kepada masyarakat luas.
Pesantren yang dibina beliau tidaklah main-main. Mengapa? Karena setiap santri yang ada harus memiliki kemampuan intelektual yang mumpuni, mendalam dan bermanfaat. Lulusan dari santri ini diberi julukan Syekh muda. Nah, Syekh Muhammad Nur Ali mengatakan bahwa setiap Syekh muda ini memiliki tingkat intelektual yang setara dengan S2 (magister), karena setiap syekh ini diharuskan untuk mengasai bidang keilmuannya dengan baik. Tidak hanya itu, mereka juga harus bisa mengkaji pengetahuan tersebut secara ilmiah dan menyalurkannya bagi masyarakat umum.
Daerah yang dijadikan basis pesantren ini menjadi bagian dari program binaan kampung sakinah. Salah satu program di kampung binaan ini adalah pengentasan buta aksara Al-quran. Tentunya terdapat harapan besar dengan pesantren dan program ini bisa membuat tempat tersebut menjadi lebih agamis namun tetap mengembangkan intelektualitas yang tinggi. Selain itu, diharapkan juga thariqat Naqsyabandiyah dapat berkembang pesat di Indonesia.
Syekh Muhammad Nur Ali tidak hanya fokus pada daerah Sumatera Utara saja. Karena, pesantren yang sama di bawah naungan beliau telah tersebar di 18 provinsi di Indonesia. Tujuannya agar setiap umat muslim dapat mempelajari thariqat ini dengan mudah.
Syekh Muhammad Nur Ali sangat menjunjung pendidikan dan intelektual. Namun, di atas itu semua beliau lebih mengutamakan akhlak dimana sikap hormat, menyayangi, mengasihi, ikhlas, jujur, dan berbagai sikap mulia lainnya itu lebih tinggi dari intelektual. Karena, dengan akhlak dan intelektual yang baik maka manusia akan menjadi lebih bermanfaat bagi khalayak ramai.
Pesan Syekh Muhammad Nur Ali
Sebagai ulama besar dan pemimpin thariqat Naqsyabandiyah tentunya Syekh Muhammad Nur Ali memiliki banyak nasihat yang sangat berguna bagi umat muslim maupun manusia pada umumnya.
Beliau berpendapat bahwa iptek sangat baik bagi perkembangan manusia. Namun, perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi ini harus diikuti dengan perbaikan nilai, prilaku serta akhlaq yang baik di tengah masyarakat.
Karena tanpa hal tersebut maka kemajuan teknologi akan menghancurkan masyarakat. Oleh karena itu, Syekh Muhammad Nur Ali selalu berupaya mengajarkan Agama Islam dengan mengedepankan akhlaqul karimah. Buya juga selalu berpesan kepada murid-muridnya untuk ikut berperan serta berjuang dalam dakwah, buya selalu mendorong setiap muridnya untuk dapat dimana saja melayani umat.